Bupati Malaka Simon Nahak gencar mensosialisasikan konsep 3K atau Kebun, Kolam dan Kandang sebagai sebuah siklus pertanian berkelanjutan dan pemenuhan gizi secara optimal.
- Jalan Sehat Milad Muhammadiyah ke–111, Penjabat Gubernur NTT Beri Apresiasi
- Proyek SPAM Perpipaan Senilai Rp1,9 Miliar di Desa Rego Mubazir
- Para Imam yang Ditahbis Tidak Hanya Berkat bagi Gereja, Tetapi Rahmat untuk Pemerintah
Baca Juga
Ia pun optimistis konsep 3K dalam siklus pertanian mampu memenuhi kualitas dan kuantitas nutrisi dan gizi keluarga.
"Hasil kebun, kandang dan kolam tersebut juga dapat dijual yang hasilnya sebagai upaya keberlanjutan pengelolaan oleh pengelola, konsep ini dikembangkan sebagai upaya memenuhi kualitas dan kuantitas nutrisi dan gizi keluarga," ujar Simon saat kegiatan rapat evaluasi program percepatan penurunan stunting bertempat halaman Kantor Camat Rinhat, Kabupaten Malaka, Selasa (14/11/2023).
Konsep 3K juga menurut dia, sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui berkurangnya pengeluaran untuk keperluan sayur dan lauk. Kemudian bisa meningkatkan pendapatan dengan penjualan hasil kebun maupun hasil olahannya.
"Juga mengurangi bila perlu mencegah terjadinya Stunting atau gagal tumbuh bagi anak dan cucu kita," imbuh Bupati Simon.
Launching Kampung KB
Selain rapat evaluasi, dalam kesempatan tersebut Bupati Simon juga me-lauching Kampung Keluarga Berkualitas (KB).
Kegiatan itu disenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Malaka.
Menurut Simon, Kampung KB harus menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah stunting (anak gagal tumbuh) dari tingkat desa.
Ia menjelaskan, tujuan strategis Kampung KB adalah meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat dengan mendekatkan pelayanan program bangga kencana dan pelayanan dasar, penguatan 8 fungsi keluarga, partisipasi aktif masyarakat dan pembangunan yang terintegrasi lintas sektor.
Bupati Simon menambahkan, Kampung KB harus digarap maksimal guna menurunkan angka stunting, hingga 14 persen.
"Untuk itu penguatan tim percepatan penurunan stunting di tingkat desa dalam wadah Kampung KB yang melibatkan nakes, PLKB, PKK, PPKS dan unsur masyarakat menjadi sangat krusial," kata Bupati Simon.
Menurut mantan dosen Universitas Marwadewa Bali ini, tim harus mampu mengidentifikasi penyebab stunting yang dominan di wilayahnya.
Untuk mengatasi stunting, kata dia, tidak boleh hanya diskusi saja, namun perbanyak aksi sehingga upaya pencegahan bisa dilakukan.
"Kalau berbicara stunting maka harus dilihat dahulu sumber penyebabnya dari mana. Kalau sudah dilihat sumber penyebabnya dari mana maka bisa masuk pada poin-poin pencegahan," ujar Bupati Simon.
Ia berharap agar melalui wadah Kampung KB, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program-program pembangunan lainnya dapat berjalan secara terpadu dan bersamaan sehingga dapat mewujudkan keluarga dan masyarakat berkualitas.
Pada kesempatan itu juga Bupati Simon meminta agar camat, kepala desa hingga peran pemangku kepentingan lainnya agar berperan dan bersedia menjadi bapa asuh bagi anak stunting.
"Saya sudah ada 5 anak asuh yang lain silakan ikut ini semua demi kemanusiaan," ajak Nahak.
Terpantau awak media, di sela-sela kegiatan itu, Bupati Simon juga menyerahkan bantuan beberapa kebutuhan pokok seperti beras, telur, makanan pendamping air susu ibu, susu, dan lain-lain.
Menariknya, bantuan beras yang diberikan Bupati Malaka adalah produk lokal Beras Nona Malaka yang menjadi kebanggaan Rai Malaka.